SIKAP ORANG MUKMIN TERHADAP ORANG YANG TIDAK AMANAH


Sikap orang beriman terhadap orang gila

Surat Jan Sokamir
6 Februari 2020

Sebagai orang beriman, kita harus memiliki sifat suka menolong dan pemaaf.
Pedang Tuhan:

ۘ Dan bekerja sama dalam keadilan dan belas kasihan ۖ Dan jangan bekerja sama dalam dosa dan agresi ۖ Dan bertakwalah kepada Allah, karena Allah sangat keras hukumannya.

Dan tolong menolong dalam kebaikan dan takwa, dan jangan tolong menolong dalam dosa dan pelanggaran. Dan bertakwalah kepada Allah, karena Allah adalah hukuman yang berat. (QS: Al Maida / 5:2)

Utusan Tuhan, semoga Tuhan memberkatinya dan memberinya kedamaian, berkata:

Dukunglah saudaramu, baik ia dizalimi maupun ditindas.

"Bantulah saudaramu, apakah dia dalam keadaan dosa atau penganiayaan. Seseorang berkata: Wahai Rasulullah, kami membantu yang tertindas. Bagaimana Anda membantu orang yang dalam kesesatan? Dengan bantuan Anda kepadanya" ( Bukhari).

Allah berfirman:

وَسَارِعُوا إِلَى مِنْ رَبِّكُمْ وَجَنَّةٍ عَرْضُهَا السَّمَاوَاتُ وَالْأَرْضُ لِلْمُتَّقِينَ لِلْمُتَّقِينَ * الَّذِينَ فِي السَّرَّاءِ وَالضَّرَّاءِ وَالْكَاظِمِينَ وَالْعَافِينَ عَنِ النَّاسِ وَاللَّهُ يُحِبُّ الْمُحْسِنِينَ

“Dan bersegeralah memohon ampunan kepada Tuhanmu, dan buatlah taman seluas langit dan bumi, yang diperuntukkan bagi orang-orang yang bertakwa (133), yaitu bagi orang-orang yang menafkahkan, di waktu yang luas dan sempit. 134).

Utusan Allah:

Siapa pun yang membangun gedung-gedung besar untuknya dan bangkit dalam barisan, maafkan mereka yang menyinggung perasaannya, dan biarkan mereka yang memisahkannya, menjadi tidak aktif dan tidak aktif. "

“Barang siapa yang menginginkan sebuah bangunan dibangun untuk dirinya sendiri di Surga, harus memaafkan mereka yang telah menganiayanya, memberinya keserakahan, dan melanjutkan persahabatan dengan mereka yang menginginkannya.” (Dilaporkan oleh al-Tabarani).

Bagaimana kita memperlakukan orang yang tidak dapat dipercaya setelah membantu atau meminta maaf?

Utusan Allah:

seorang mukmin tidak boleh disengat dua kali oleh lubang yang sama

“Seorang mukmin tidak akan jatuh dua kali dalam lubang yang sama” (HR Bukhari dan Muslim).

Alasan pengungkapan hadits ini adalah bahwa Rasulullah, semoga Allah memberkatinya dan memberinya kedamaian, menangkap penyair Abu Azza selama Perang Badar. Abu Azza menjelaskan kemiskinannya dan keluarganya kepada Nabi. Nabi berbelas kasih dan membebaskannya tanpa membayar uang tebusan. Lebih lanjut, Nabi juga mengikatnya dengan janji untuk tidak membuat kaumnya membenci atau menyerangnya. Setelah bertemu kembali dengan kaumnya, dia juga sekali lagi mengobarkan kebencian kaumnya dan menyerang Rasulullah. Jika Anda menyerang keluarga lagi, mintalah pengampunan dari Utusan Tuhan. Nabi menolak: “Tidak. Karena Anda akan berbohong kepada orang-orang yang menentang saya di Mekkah. Anda akan memberi tahu mereka: "Saya bisa membodohi Muhammad dua kali", karena Nabi memerintahkan dia untuk dibunuh. Saat itu Nabi bersabda: “Seorang mukmin tidak jatuh ke lubang yang sama dua kali (Sumber: Abdul Al-Qadir Ahmed Atha (1999), Sastra Nabi yang menganut etika Rasulullah, bahwa shalat dan Assalamu'alaikum, Perpustakaan Azam, Jakarta)

Hikmah yang dapat kita ambil dari hadits di atas adalah bahwa kita memang diperintahkan untuk menolong orang dan kita memaafkan kesalahan orang, namun jika orang yang kita tolong atau orang yang kesalahannya kita maafkan ternyata tidak dapat dipercaya (bohong atau ingkar janji), setelah itu kita tidak perlu mengulang bantuan atau memberikannya lagi.

Hadits di atas sesuai dengan firman Allah:

Dia berkata: "Haruskah aku mempercayakanmu padanya, jika tidak seperti aku mempercayakanmu kepada saudaranya sebelumnya?"

Yakub berkata: Bagaimana saya bisa mempercayakannya kepada Anda (Benjamin) tetapi pertama-tama saya mempercayakan saudaranya (Yusuf) kepada Anda? Tuhanku adalah yang terbaik dan paling penyayang, paling penyayang. (Pendeta: José, 64)

Allah berfirman:

Apakah Anda tidak melihat bahwa mereka ditinjau setahun sekali?

“Tidakkah mereka (orang-orang munafik) menyadari bahwa mereka mengikuti ujian satu atau dua kali dalam setahun, bukannya (juga) bertaubat dan (juga) menyelesaikan kursusnya?” (QS: Penyesalan, 126)

Saudaraku Muslim, untuk menjadi orang yang beriman, kita harus teguh dan kuat pada posisi kita agar tidak jatuh ke dalam sumur yang sama dua kali.

Semoga membantu, Amin!












0 Response to "SIKAP ORANG MUKMIN TERHADAP ORANG YANG TIDAK AMANAH"

Posting Komentar

Iklan Atas Artikel

Iklan Tengah Artikel 1

Iklan Tengah Artikel 2

Iklan Bawah Artikel